Sabtu, 21 April 2012

Jeritan Anak Perempuan Adopsi


Problematika gender memang menjadi masalah kemanusiaan universal. Kecendrungan untuk mementingkan anak laki-laki ketimbang perempuan, tidak bisa dielakkan. Memang tak bisa dibantah, anak laki-laki memiliki kelebihan fisik dibandingkan kaum perempuan, baik dalam masalah tenaga kerja, mengangkut barang, berburu, bertahan dan sebagainya. Problema ini semakin menjadi tatkala dituangkannya kebijakan satu anak, seperti di daerah China.

Maka tak heran jika di China, kebiasaan seorang ibu adalah menelantarkan bayi perempuan. Anak-anak perempuan China yang bertahan hidup, mayoritas adalah anak adopsi. Padahal, seorang anak perempuan juga merindukan pelukan ibu biologisnya. Buku ini dengan tajam merekam kisah tragis sepuluh perempuan untuk menguakkan persoalan di balik isu aborsi dan pembunuhan bayi perempuan. Xinran mampu menyampaikan apa sebetulnya yang terjadi pada ibu dari anak perempuan China. Dengan lembut, Xinran mengungkapkan kepada para ibu, betapa anak-anak perempuan China sangat mencintai ibu biologisnya dan tak akan melupakannya.

Perempuan China terpaksa menelantarkan bayi perempuan karena tiga faktor. Pertama, warisan dari kebudayaan petani timur yang menelantarkan bayi perempuan sejak zaman dahulu. Kedua, kombinasi akan ketidaktahuan seksual yang masih tersebar luas dan ledakan ekonomi. Ketiga, kebijakan satu anak. Para anak perempuan yang lahir dalam kebudayaan tradisional saat gonjang-ganjing politik brutal, mereka tak merasakan akan pentingnya ikatan kasih sayang. Bayi perempuan terpaksa harus ditelantarkan sebagai konsekuensi dari kebijakan satu anak, tradisi kuno yang destruktif dan kebutuhan ekonomi yang mencekam. Maka para anak perempuan terpaksa harus hidup dibawah ibu rahasia alias menjadi anak adopsi.

Seperti buku Xinran yang terdahulu, Perempuan Baik dari China, ia mampu menyuguhkan kisah yang sebelumnya tak dapat diceritakan, termasuk kisahnya sendiri.  Dengan detail dan penuh tragis, Xinran membawa kita ke kehidupan perempuan China yang begitu menginginkan pelukan ibu kandung, ikatan cinta dan saling ketergantungan ibu dan anak perempuan selama hidup. Buku yang unik dan informatif ini, memberi gambaran nyata tentang diskriminasi yang dikenakan pada kaum perempuan miskin dipedesaan China pada akhir abad ke 20. Akar dari deskriminasi tersebut bertumpuk pada kebudayaan tradisional yang berakar dari ketidaktahuan. Apalagi masyarakat kala itu masih bersandar pada metode primitif dalam bertani dan berburu serta menangkap ikan, maka tenaga kerja yang mengandalkan tangan (laki-laki) dinggap penting untuk mempertahankan hidup.

Xinran dengan lantang meneguhkan arah sejarah untuk memperjuangkan kesetaraan gender. Buku ini wajib menjadi bahan bacaan setiap orang yang mempunyai perhatian pada isu gender. Selamat membaca!
____________________________________
Peresensi: Wildani Hefni, Pengelola Rumah Baca PesMa Darun Najah IAIN Walisongo Semarang
Judul : Message From an Unknow Chinese Mother, Kisah Kisah Sejati Ibu Yang Kehilangan Buah Hati
Penulis : Xinran
Penerbit : Kompas
Tahun : I, 2011
Tebal : xxix + 274 halaman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan anda....komentar dong.....

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Terbaru

Daftar Blog Saya