Problematika gender memang menjadi masalah kemanusiaan universal.
Kecendrungan untuk mementingkan anak laki-laki ketimbang perempuan,
tidak bisa dielakkan. Memang tak bisa dibantah, anak laki-laki memiliki
kelebihan fisik dibandingkan kaum perempuan, baik dalam masalah tenaga
kerja, mengangkut barang, berburu, bertahan dan sebagainya. Problema ini
semakin menjadi tatkala dituangkannya kebijakan satu anak, seperti di
daerah China.
Maka tak heran jika di China, kebiasaan seorang ibu adalah
menelantarkan bayi perempuan. Anak-anak perempuan China yang bertahan
hidup, mayoritas adalah anak adopsi. Padahal, seorang anak perempuan
juga merindukan pelukan ibu biologisnya. Buku ini dengan tajam merekam
kisah tragis sepuluh perempuan untuk menguakkan persoalan di balik isu
aborsi dan pembunuhan bayi perempuan. Xinran mampu menyampaikan apa
sebetulnya yang terjadi pada ibu dari anak perempuan China. Dengan
lembut, Xinran mengungkapkan kepada para ibu, betapa anak-anak perempuan
China sangat mencintai ibu biologisnya dan tak akan melupakannya.
Perempuan China terpaksa menelantarkan bayi perempuan karena tiga
faktor. Pertama, warisan dari kebudayaan petani timur yang menelantarkan
bayi perempuan sejak zaman dahulu. Kedua, kombinasi akan ketidaktahuan
seksual yang masih tersebar luas dan ledakan ekonomi. Ketiga, kebijakan
satu anak. Para anak perempuan yang lahir dalam kebudayaan tradisional
saat gonjang-ganjing politik brutal, mereka tak merasakan akan
pentingnya ikatan kasih sayang. Bayi perempuan terpaksa harus
ditelantarkan sebagai konsekuensi dari kebijakan satu anak, tradisi kuno
yang destruktif dan kebutuhan ekonomi yang mencekam. Maka para anak
perempuan terpaksa harus hidup dibawah ibu rahasia alias menjadi anak
adopsi.
Seperti buku Xinran yang terdahulu, Perempuan Baik dari China, ia mampu
menyuguhkan kisah yang sebelumnya tak dapat diceritakan, termasuk
kisahnya sendiri. Dengan detail dan penuh tragis, Xinran membawa kita
ke kehidupan perempuan China yang begitu menginginkan pelukan ibu
kandung, ikatan cinta dan saling ketergantungan ibu dan anak perempuan
selama hidup. Buku yang unik dan informatif ini, memberi gambaran nyata
tentang diskriminasi yang dikenakan pada kaum perempuan miskin
dipedesaan China pada akhir abad ke 20. Akar dari deskriminasi tersebut
bertumpuk pada kebudayaan tradisional yang berakar dari ketidaktahuan.
Apalagi masyarakat kala itu masih bersandar pada metode primitif dalam
bertani dan berburu serta menangkap ikan, maka tenaga kerja yang
mengandalkan tangan (laki-laki) dinggap penting untuk mempertahankan
hidup.
Xinran dengan lantang meneguhkan arah sejarah untuk memperjuangkan
kesetaraan gender. Buku ini wajib menjadi bahan bacaan setiap orang yang
mempunyai perhatian pada isu gender. Selamat membaca!
____________________________________
Peresensi: Wildani Hefni, Pengelola Rumah Baca PesMa Darun Najah IAIN Walisongo Semarang
Judul : Message From an Unknow Chinese Mother, Kisah Kisah Sejati Ibu Yang Kehilangan Buah Hati
Penulis : Xinran
Penerbit : Kompas
Tahun : I, 2011
Tebal : xxix + 274 halaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan anda....komentar dong.....