Rabu, 11 April 2012

Kisahku : Aku Anak Adopsi

Saya adalah seorang anak adopsi. Orang tua saya mengambil saya mungkin untuk pancingan agar beliau bisa memiliki keturunan sendiri. Saat usia saya 10 tahun, akhirnya datanglah kebahagiaan yang mereka tunggu. Lahirlah adik perempuan saya.

Pada saat itulah, Mama saya benar-benar berubah sikap terhadap saya. Banyak saudara yang lebih berumur seperti tante dan om saya yang mengatakan pada saya-itu hanya perasaan kamu saja. Bagaimanapun, adik kecil kamu lebih membutuhkan perhatian.

Pada saat orang tua bertengkar, hingga Papa memutuskan untuk berpisah rumah (keluar dari rumah)-Mama seringkali melampiaskan kemarahannya kepada saya. Saya sering dimarahi, apapun yang saya lakukan sepertinya selalu salah. Dikatai anak setan. Sering dipukuli. Disuruh bekerja rumah tangga dan tidak boleh main dengan dan ataupun dekat-dekat dengan adik saya, walaupun kami saling menyayangi. Hingga usia 19 tahun-saya sudah tidak dibiayai lagi. Sekolah maupun makan, sehingga saya harus mencari uang sendiri untuk bertahan hidup. Jika ada makanan, biasanya disimpan di kamarnya. Adik saya kadang-kadang mencuri-curi memberikan kepada saya.

Kadang, saya secepat-cepatnya memakan sisa bekal sekolah adik saya yang sudah basi sepulang dia sekolah, agar tidak sampai ketahuan Mama saya.

Saya dianggap memberatkan. Usia 20 tahun saya diusir dari rumah. Sering kali Mama mengatakan pada pacar saya saat itu,"sudah, bawa pulang saja"-seolah-olah saya ini barang yang sudah tidak lagi beliau perlukan. Sakit sekali mendengar perkataannya.

Usia 23, Mama pacar saya yang memang sudah lama mengenal keluarga saya mengatakan berita yang sangat membuat saya shock, bahwa saya bukan anak kandung orang tua saya. Papa saya membenarkan pernyataan itu saat saya tanyai. Sejak itu, saya baru mengerti mengapa ada perbedaan sikap kasih sayang Mama tersebut sangat mencolok antara saya dan adik saya. Tante saya pun menceritakan dengan nada sesal pada adik saya tentang perlakuan Mama yang berubah sangat drastis kepada saya semenjak kelahiran adik saya.

Saya tidak benci pada adik saya. Saya sayang sekali padanya. Kami hanyalah korban.

Melalui pengalaman saya ini, saya berbagi kepada Anda sekalian yang ingin mengadopsi anak-agar jangan sampai ada lagi korban-korban seperti saya. Sayangilah anak adopsi Anda seperti Anda menyayangi buah hati Anda sendiri. Jangan disia-siakan. Mereka juga punya hati, mereka juga punya perasaan, mereka juga punya hak untuk dicintai.

Jika Anda tak sanggup untuk berkomitmen dalam seumur hidup Anda akan dapat membagi perhatian dan kasih sayang secara adil antara anak kandung dan adopsi-lebih baik janganlah memutuskan untuk mengadopsi. Pertimbangkan hal tersebut matang-matang dan bijaksana.

Saya sekarang sudah menikah dan bahagia dengan pacar saya yg semula-saya benar-benar mencintai dia, karena dia dapat tetap mencintai saya apa adanya saya tanpa merasa perlu melihat asal usul saya yg tidak jelas, dan status saya sebagai anak adopsi dan tidak dicintai oleh Mama saya.

Kami pacaran 6 tahun. Tunangan dan menikah sudah hampir 2 tahun.
Hubungan saya dan Papa bisa kembali terjalin walaupun sempat alot beberapa tahun karena Papa memiliki WIL dan saya sangat tidak menyetujuinya. Dan saya, terus berusaha mengajak adik saya untuk mengenal Papa, karena sejak dia kecil, Papa sudah bekerja di luar negeri. Saat dia berusia 8 tahunan, Papa sudah keluar dari rumah-adik saya tidak sempat mengenal Papa. Dan sempat MERASA TIDAK BUTUH kehadiran seorang Papa dalam hidupnya. Kini usianya sudah menginjak 17 tahun. Saya terus mendorongnya untuk lebih memiliki rasa sayang kepada Papa kami yang telah semakin tua.

Saya tidak membenci Mama saya, walaupun beliau pernah terasa sangat jahat terhadap saya. Saya berusaha terus menelpon dan sesekali mengunjungi beliau. Hubungan kami sekarang sudah jauh lebih baik.

Saya tidak mengharapkan cinta yang lebih lagi dari mereka, namun saya akan terus menyayangi mereka, dan berusaha menyatukan kembali keluarga saya walaupun dalam konteks yg berbeda.

Seorang anak adopsi, terkadang dapat lebih menyayangi Anda daripada anak kandung Anda sendiri, lebih daripada yang Anda kira.

Sep.Terima kasih juga buat forum ini. (Adopsi Anak) Miris sekali mengetahui semakin maraknya aborsi dan pembuangan bayi di Indonesia-khususnya Surabaya.

Semoga dengan adanya forum ini, semakin dapat mengurangi niat aborsi dari para orang tua (yang sudah nikah ataupun belum) yang kebingungan mencari tempat untuk memberikan bayi mereka (sehingga ada yang tega dibungkus plastik dan dibuang di tempat sampah..ckckckck..) lebih baik jangan diaborsi, apalagi dibunuh.. namun diadopsikan saja.

Saya juga ingin mengadopsi klo ada yang mau mempercayakan kepada saya..


Saya sudah berhasil melalui itu semua koq..,sekarang tinggal kebahagiaan yg menyelimuti hari2 saya.Makasih yah, atas penguatannya,

Memang saat itu saya sempat frustasi dan sering kali ingin mengakhiri hidup, namun syukurlah saya masih diberi kekuatan dan kesadaran oleh Tuhan untuk terus menjalani kehidupan ini sepahit apapun rasanya saat itu.

Saya terus mengingat perkataan ini, bukankah Tuhan tidak akan mencobai hambanya lebih dari pada yg sanggup diterima hambanya itu? Maka saya yakin, yah, saya pasti sanggup melalui ini.

Kekasih saya pernah mengatakan, setiap manusia itu telah diatur Tuhan untuk diletakkan disuatu tempat di bumi ini-semuanya masing2 telah diberikan misi di dalam hidupnya.

Kini, jika melihat ke belakang-kini saya memetik sebuah pemahaman, Tuhan telah merancang segalanya agar indah pada waktunya.

Saya dijadikan seorang anak yg diadopsi oleh keluarga ini atas Kebesaran Tuhan krn memiliki sebuah tugas-ditempatkan di keluarga ini adalah untuk menyatukan kembali hubungan adik perempuan saya dengan Papa.Dan untuk mengajarkan adik saya ini kasih sayang kepada orang tua seberapapun "salah" dan "buruk"nya kelakuan mereka(adik saya sempat sangat membenci ortu krn melihat sikap mrk,dan mengatakan tidak akan mau mengurus mereka saat mrk sudah tua, biar saja mrk hidup merana di Panti Jompo.Alasannya, Mama dgn ke-tega-annya kpd saya,dan Papa dg WILnya).
Ini semua sudah berlalu, koq..semua sudah berakhir dengan baik. Terima kasih atas dukungan dan nasehat-nasehatnya.

#Bagi orang tua pengadopsi: SAYANGILAH anak adopsi Anda, seperti Anda menyayangi darah daging Anda sendiri. Jangan dibeda-bedakan.

#Bagi Anda yg baru saja mengetahui bahwa Anda adalah anak adopsi:
Saya pernah minder saat mengetahui bahwa saya adalah anak adopsi.

Kehilangan kepercayaan diri, merasa tidak pantas berada di lingkungan pertemanan. Merasa sangat, sangat minder. Tidak tahu siapa orang tua saya, tidak mengenal siapa keluarga saya, seolah-olah kehilangan jati diri. Seolah-olah saya berada di planet asing.

Org2 yg sejak kecil sudah saya kenal sebagai org tua,dan saudara ternyata bukanlah orang tua dan saudara saya yg sebenarnya.Mereka adalah orang asing yg sama sekali tidak ada pertalian darah dg saya.

Orang-orang yang sangat dekat hubungannya dengan saya-(kecuali adik semata wayang saya dari orang tua yg mengadopsi), seluruh keluarga besar, sahabat karib, kawan-kawan orang tua, orang tua kekasih saya, dan juga kekasih saya sendiri-Mengetahui SEJAK LAMA bahwa saya bukanlah anak kandung dari ortu yang sekarang. DAN SEMUA ORG ITU BUNGKAM. Sayalah satu-satunya orang yang berperan serta dalam panggung sandiwara ini seumur hidup saya, DAN SAYA SAMA SEKALI TIDAK TAHU ! Dalam pandangan saya kala itu, mereka semua hanya berpura-pura menjadi keluarga saya, menjadi kekasih dan teman saya. Semua hidup dalam kepura-puraan.Kebohongan massal. Hanya untuk membohongi saya. Saya sedih dan marah.

Untuk beberapa waktu, saya merasa seolah dibohongi seumur hidup oleh seluruh orang yang pernah saya kenal. Saya jadi merasa rendah diri, dan merasa seperti tidak lagi mengenal siapakah diri saya ini yang sebenarnya.

Saya berusaha mengasingkan diri dari keluarga, teman-teman dan kekasih. Hanya menangisi nasib, dan di dalam hati terus bertanya kepada Tuhan,"Mengapa harus saya? Mengapa harus saya, Tuhan..?".

Berbagai pertanyaan terus berkecamuk saat itu, "Apakah saya anak hasil hubungan gelap?", "Apakah saya anak dari kehamilan yang tak diinginkan?","Apakah saya anak yatim piatu?","Apakah orang tua saya tak menginginkan saya? Mengapa?","Apakah saya sengaja dibuat, dan dilahirkan untuk dijual demi kebutuhan ekonomi ortu saya?", "Dimana saya dibuang? Panti asuhan, kah?Di muka pintu rumah, kah? Tempat sampah, kah?".Hidup saya saat itu seolah kosong, hampa. Hanya bisa terus menangisi nasib. Saya bahkan tidak diinginkan oleh orang tua saya sendiri. Saya ini begitu hina.

Lalu disaat kegalauan itu membelenggu pikiran saya, saya tak sengaja membaca kalimat yang kira-kira seperti ini di sebuah buku: "Saat kita merasa susah, jangan lupa bahwa di dunia ini, masih banyak orang lain yang nasibnya lebih susah daripada kita-namun mereka TIDAK MENYERAH dan HANYA MENANGISI NASIBNYA."

Kalimat itu membuat saya belajar untuk perlahan-ahan menjadi lebih tegar.
Setelah dipikir-pikir, dijalani, dan dipahami, ternyata saya tidak berada di planet asing. Ternyata tak ada seorangpun yg berpura-pura. Saudara, tetaplah saudara walaupun bukan benar-benar ada pertalian darah. Teman tetaplah teman yg baik, mereka tidak pernah berubah walaupun kini saya tahu status adopsi saya. Kekasih, tetaplah seorang yang penuh kasih-tak pernah memikirkan soal asal usul saya. Baginya yg terpenting adalah saya yang sekarang, bukan darimana saya berasal/alasan saya diadopsikan. Tak ada yang berubah. Secuilpun tidak ada yg berubah.

Mereka BUKAN MEMBOHONGI saya, namun lebih kepada BERUSAHA MENJAGA PERASAAN saya. Saya adalah saya-terlepas dr siapa orang tua saya, mengapa saya sampai diadopsi, dimana saya dibuang, dsb. Saya tidak akan kehilangan martabat-hanya karena saya diadopsi. Saya bukan manusia hina. Saya tidak peduli lagi alasan-alasan mengapa saya sampai diadopsi. Kenyataannya, saya diterima dan dihargai di lingkungan ini. Semua menyayangi saya apa adanya saya. Saya bahagia disini.

Tetap semangat, teman! Kamu adalah kamu, apa adanya.

==============================================================
Sumber tulisan : 
Halaman
https://www.facebook.com/note.php?note_id=172398076212917




Comments

6 komentar:

  1. https://www.facebook.com/note.php?note_id=172398076212917

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Terima kasih sudah ikut berperan dalam kampanye kami " Jangan Aborsi Biarku Adopsi", semoga menjadi pelajaran bagi pembaca yang sampai saat ini juga sedang mencari calon adopsi

    BalasHapus
  4. sayapun anak adopsi, umur 13 hari, hari ke 17 ibu kandung saya wafat, jadi saya belum pernah melihat wajah ibunda kandung saya.

    BalasHapus
  5. selamat malam,perkenalkan nama saya Dea. saya sedang membuat tesis terkait dengan adopsi. penelitian saya ini tentang dampak psikologis dari adopsi. jika ada yang berkenan membantu penelitian saya,saya akan sangat berterima kasih. saya dapat dihubungi melalui email d.chinantya@yahoo.com. terima kasih sebelumnya :)

    BalasHapus
  6. Akupun anak adopsi yg di biarkan begtu saja tpi aku bersyukur krena dgn begtu aku jdi lbih kuat mnerima sgala cobaan hdup ini,wlaupun smpai saat in sy masih mraskan sakit hti,tpi sya tdak prnah mmbenci ortu kandung sya,malah sy ingn ktemu dan minta maaf sama mreka,dlam bntk ingn mngabdikn hdup sya untk ibu kandung dan ibu angkt agar mereka bhagia dan tdak mnyesal sdah mlahrkan dan mbesarkan saya slama ini.

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungan anda....komentar dong.....

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Terbaru

Daftar Blog Saya