Sumber :
Mengangkat seorang anak (adopsi) adalah
sesuatu yang lumrah, berbagai alasan bisa mendasari seseorang dalam
melakukan adopsi. Mulai dari persoalan ingin mempunyai anak setelah
sekian lama menikah dan belum dianugerahi seorang anak, atau oleh karena
keadaan sosial untuk menolong sesama, setelah bencana yang dapat
membuat anak kehilangan orang tua kandungnya, keadaan anak yatim piatu,
sampai anak-anak yang terlantar dan tiada pengasuh dan alasan lainnya.
Setelah pengangkatan anak dilakukan problem
selanjutnya yang terlintas dalam pikiran adalah perlu tidakkah
menyampaikan status anak adopsi ini? Apakah sebaiknya ditutup-tutupi
saja, agar Ia tetap menjadi (laksana) anak kandung sendiri sampai
selamanya? Ataukah biar Ia saja yang akan mengetahui dengan sendirinya
setelah Ia dewasa kelak?
Jujur dan manusiawi bahwa ketakutan yang
terbesar yang dirasakan seorang orang tua angkat adalah ketahuannya
status anak adopsi yang sebenarnya. Rasanya anak adopsi akan segera
meninggalkannya setelah ia tahu statusnya dan akan segera mencari tahu
siapa sebenarnya ayah dan ibu kandungnya? Ketakutan yang wajar bagi
seorang orang tua yang telah memberikan segala kasih sayang yang tulus
laksana anak kandung kepada anak adopsi, terlebih jika anak adopsi itu
hanya sebatang kara tak ada yang lain. Harapan akan menggantungkan hari
tua kelak terhadapnya seolah sirna dan akan berganti dengan kesedihan
tiada yang akan mengasihinya setelah tua.
Benarkah demikian? Benarkah akan terjadi
pembiaran setelah anak mengetahui statusnya? Benarkah Ia akan
menelantarkan orang tua angkatnya kelak di hari tua?
Speechless…jika kita urutkan terus
perasaan yang paling mendalam ini. Seolah luruh tulang-tulang yang
bergantungan di tubuh kita. Perasaan kiamat seolah akan segera tiba, dan
siap-siap untuk menjadi orang tua yang paling kesepian di dunia ini.
Namun belumlah tentu seperti itu, manusia dibangun oleh sebuah ruh yang
mempunyai perasaan dan empati yang langsung ditiupkan oleh Yang Maha
Hidup ke dalam sanubari. Ia takkan menjadi harimau seketika terhadap
orang yang telah menolong dan membesarkannya, memberikan kasih sayang
dan arti hidup, menjaganya laksana anak kandungnya sendiri. Kecuali kita
telah mengajarkan sesuatu yang salah dan membuat Ia bukan menjadi
bagian dari keluarga, dan membuat Ia menderita dalam pengasuhan kita,
itu menjadi sebuah pengecualian, karena manusia lahir laksana kertas
putih dalam teori tabularasa.
Banyak para ahli percaya bahwa membicarakan
masalah adopsi dengan anak lebih dini, akan dapat memberikan kesempatan
awal baginya untuk memahami dan menerima apa itu konsep adopsi juga
dapat membantu memastikan bahwa dia mendengar statusnya dari orang tua
angkatnya untuk pertama kalinya bukan dari orang lain. Jika anak adopsi
tahu tentang status adopsi nya dari orang lain, mungkin akan menyebabkan
kemarahan dari anak adopsi atau ketidakpercayaan anak terhadap orang
tua angkatnya dan anak akan melihat bahwa adopsi sebagai sesuatu yang
buruk atau memalukan maka untuk itu perlu dirahasiakan.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan anak
bahwa hal yang penting diperhatikan dalam hal adopsi adalah bahwa
pengangkatan anak agar tidak sampai memutuskan hubungan darah antara
anak yang diangkat dengan orang tua kandungnya dan orang tua angkat
wajib memberitahukan kepada anak angkatnya mengenai asal-usulnya dan
orang tua kandungnya. Karena kita tahu bahwa tujuan pengangkatan anak
sebenarnya adalah untuk kepentingan terbaik bagi anak dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan anak dan perlindungan terhadap anak. Jadi
kesejahteraan dan perlindungan anak menjadi tujuan prioritas dalam
sebuah adopsi.
Jika memang perlu memberitahukan status anak adopsi kapan saat yang tepat untuk menyampaikannya.?
Kapan dan bagaimana berbicara dengan anak
angkat tentang status adopsinya adalah suatu kondisi yang sulit. Sering
kali kita takut berterus terang karena akan mengatakan hal yang salah
atau dapat menakut-nakuti anak, namun sebenarnya status adopsi bagi anak
angkat adalah suatu yang penting, dia harus mengetahui bahwa dia
seorang anak yang diadopsi.
Dengan berbicara secara terbuka tentang
statusnya, maka sebenarnya kita telah membangun sebuah kepercayaan,
memelihara harga diri dan membantu anak untuk memahami apa artinya
bergabung dengan sebuah keluarga melalui adopsi.
Selain itu, semakin lama kita menunggu
waktu yang tepat untuk berbicara dengan anak adopsi tentang satusnya
justru akan semakin sulit akan bisa dilakukan. Pembicaraan awal tentang
adopsi sebenarnya akan memberi kesempatan kita untuk berlatih dan
menunjukkan kepada anak angkat bahwa perihal adopsi bisa dibicarakan dan
bukan sesuatu yang rahasia.
Jika kita khawatir bahwa anak adopsi justru
akan bingung jika bicara terlalu dini tentang apa itu adopsi, itu bisa
dilakukan setelah menunggu sampai setidaknya usianya mencapai 3 tahun,
atau pada setiap kesempatan kita anggap bahwa ia telah dapat memahami
tentang adopsi. Dan waktu yang terbaik sebenarnya adalah tergantung
kesiapan psikologis antara anak dan kita.
Namun mulailah menggunakan kata-kata
“adopsi,” “diadopsi,” dan “orang tua biologis” atau “keluarga angkat”
ketika anak angkat masih kecil. Jelaskan kepada anak angkat bahwa
kata-kata “ibu” dan “ayah” dapat memiliki lebih dari satu makna.
Misalnya, seorang ibu adalah seseorang yang melahirkan anak dan juga
bisa seseorang yang mencintai dan memelihara anak ketika ia tumbuh dan
berkembang.
Berbagi ceritalah dengan anak adopsi
tentang kelahirannya. Ceritakan tentang kelahirannya yang bukan berasal
dari rahim kita. Namun katakan bagaimana ia datang dan bagaimana suasana
sukacita yang kita rasakan saat membawanya pada hari pertama ke dalam
keluarga kita. Katakan padanya bahwa ada banyak cara seorang anak dapat
bergabung dengan sebuah keluarga, apakah dengan kelahiran, dengan proses
adopsi, keluarga tiri ataupun anak asuh.
Jika kita menyimpan lembar memo atau
administrasi selama proses adopsi berbagilah dengan Dia. Jika
memungkinkan, tunjukkan padanya foto-foto orang dan tempat yang terlibat
pada awal kehidupan nya. Pertimbangkan menempatkan gambar dalam kamar
anak sesuatu yang berhubungan dengan adopsinya untuk mendorong dia
bertanya tentang adopsi. Misalnya, jika kita memiliki adopsi formil,
bingkai gambar-nya atau orang tua kandungnya. Jika adopsi internasional,
gantung gambar negara asal nya. Atau pertimbangkan kompilasi foto-foto
dalam sebuah album. Rincian ini akan membantu anak untuk memahami apa
arti adopsi.
Akui secara terbuka mengenai perbedaan ras,
etnis atau budaya apapun antara kita dengan anak angkat. Bila mungkin,
berikan anak adopsi kesempatan untuk mengetahui lebih banyak tentang
warisan etnis nya. Melalui pembicaraan dan memberikan kesempatan
berhubungan dengan orang dari ras yang sama atau kelompok etnis yang
sama dapat membantu anak dalam hal meminimalisir perbedaan ras dan dapat
memberikan contoh positif bagi Dia untuk saling menghormati dan
memaknai perbedaan ras.
Ada kalanya akan timbul beberapa pertanyaan
tajam dari seorang anak adopsi tentang dirinya. Untuk itu bersiaplah
untuk pertanyaan seperti ini:
Apakah aku tumbuh dalam, perut Anda Mommy? Kita mungkin bisa menjawab bahwa Kau tumbuh di dalam rahim ibu kandungmu anakku sampai kamu lahir.
Mengapa orang tua kandung saya membiarkan saya pergi?
Kita bisa menjawab bahwa ayah dan ibu ananda belum mampu menjadi orang
tua dan ingin ananda untuk memiliki keluarga yang bisa mencintai dan
merawat ananda.
Apakah saya memiliki saudara dan saudari? Jawabannya
bisa beragam seperti sampai saat ini Ibu tidak tahu apakah ada saudara
biologis ananda yang lain, jika memang tidak ada saudaranya yang lain.
Atau “Ya, Anda memiliki seorang saudara biologis yang dua tahun lebih
tua dari ananda, tapi untuk itu semua kita harus mengetahui keadaan
sebenarnya ibu biologis dan saudara-saudaranya. Jujurlah saat menjawab
pertanyaan anak tentang adopsi dan keluarga biologisnya. Jika informasi
seperti ini tidak kita berikan, persepsi anak seolah-olah kita sedang
menyembunyikan sesuatu, dan ia mungkin akan mencoba untuk mengetahui
informasi dirinya dari teman atau saudara yang bisa berbagi informasi.
Ingatlah bahwa rasa ingin tahu anak
merupakan sesuatu yang sehat dan bersifat alami. Hindari bersikap
defensif saat menjawab pertanyaan anak. Demikian juga jangan memaksakan
sesuatu yang salah kepada anak dengan tujuan agar ia meyakininya.
Karena itu akan menjadi pemicu problem kelak di kemudian hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan anda....komentar dong.....