Rabu, 25 April 2012

Perlukah Memberitahukan Status Anak Adopsi?

 Sumber : 

Mengangkat seorang anak (adopsi) adalah sesuatu yang lumrah, berbagai alasan bisa mendasari seseorang dalam melakukan adopsi. Mulai dari persoalan ingin mempunyai anak setelah sekian lama menikah dan belum dianugerahi seorang anak, atau oleh karena keadaan sosial untuk menolong sesama, setelah bencana yang dapat membuat anak kehilangan orang tua kandungnya, keadaan anak yatim piatu, sampai anak-anak yang terlantar dan tiada pengasuh dan alasan lainnya.

Setelah pengangkatan anak dilakukan problem selanjutnya yang terlintas dalam pikiran adalah perlu tidakkah menyampaikan status anak adopsi ini? Apakah sebaiknya ditutup-tutupi saja, agar Ia tetap menjadi (laksana) anak kandung sendiri sampai selamanya? Ataukah biar Ia saja yang akan mengetahui dengan sendirinya setelah Ia dewasa kelak?

Jujur dan manusiawi bahwa ketakutan yang terbesar yang dirasakan seorang orang tua angkat adalah ketahuannya status anak adopsi yang sebenarnya. Rasanya anak adopsi akan segera meninggalkannya setelah ia tahu statusnya dan akan segera mencari tahu siapa sebenarnya ayah dan ibu kandungnya? Ketakutan yang wajar bagi seorang orang tua yang telah memberikan segala kasih sayang yang tulus laksana anak kandung kepada anak adopsi, terlebih jika anak adopsi itu hanya sebatang kara tak ada yang lain. Harapan akan menggantungkan hari tua kelak terhadapnya seolah sirna dan akan berganti dengan kesedihan tiada yang akan mengasihinya setelah tua.

Benarkah demikian? Benarkah akan terjadi pembiaran setelah anak mengetahui statusnya? Benarkah Ia akan menelantarkan orang tua angkatnya kelak di hari tua?
Speechless…jika kita urutkan terus perasaan yang paling mendalam ini. Seolah luruh tulang-tulang yang bergantungan di tubuh kita. Perasaan kiamat seolah akan segera tiba, dan siap-siap untuk menjadi orang tua yang paling kesepian di dunia ini.

Namun belumlah tentu seperti itu, manusia dibangun oleh sebuah ruh yang mempunyai perasaan dan empati yang langsung ditiupkan oleh Yang Maha Hidup ke dalam sanubari. Ia takkan menjadi harimau seketika terhadap orang yang telah menolong dan membesarkannya, memberikan kasih sayang dan arti hidup, menjaganya laksana anak kandungnya sendiri. Kecuali kita telah mengajarkan sesuatu yang salah dan membuat Ia bukan menjadi bagian dari keluarga, dan membuat Ia menderita dalam pengasuhan kita, itu menjadi sebuah pengecualian, karena manusia lahir laksana kertas putih dalam teori tabularasa.
Banyak para ahli percaya bahwa membicarakan masalah adopsi dengan anak lebih dini, akan dapat memberikan kesempatan awal baginya untuk memahami dan menerima apa itu konsep adopsi juga dapat membantu memastikan bahwa dia mendengar statusnya dari orang tua angkatnya untuk pertama kalinya bukan dari orang lain. Jika anak adopsi tahu tentang status adopsi nya dari orang lain, mungkin akan menyebabkan kemarahan dari anak adopsi atau ketidakpercayaan anak terhadap orang tua angkatnya dan anak akan melihat bahwa adopsi sebagai sesuatu yang buruk atau memalukan maka untuk itu perlu dirahasiakan.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan anak bahwa hal yang penting diperhatikan dalam hal adopsi adalah bahwa pengangkatan anak agar tidak sampai memutuskan hubungan darah antara anak yang diangkat dengan orang tua kandungnya dan orang tua angkat wajib memberitahukan kepada anak angkatnya mengenai asal-usulnya dan orang tua kandungnya. Karena kita tahu bahwa tujuan pengangkatan anak sebenarnya adalah untuk kepentingan terbaik bagi anak dalam rangka mewujudkan kesejahteraan anak dan perlindungan terhadap anak. Jadi kesejahteraan dan perlindungan anak menjadi tujuan prioritas dalam sebuah adopsi.

Jika memang perlu memberitahukan status anak adopsi kapan saat yang tepat untuk menyampaikannya.?
Kapan dan bagaimana berbicara dengan anak angkat tentang status adopsinya adalah suatu kondisi yang sulit. Sering kali kita takut berterus terang karena akan mengatakan hal yang salah atau dapat menakut-nakuti anak, namun sebenarnya status adopsi bagi anak angkat adalah suatu yang penting, dia harus mengetahui bahwa dia seorang anak yang diadopsi.
Dengan berbicara secara terbuka tentang statusnya, maka sebenarnya kita telah membangun sebuah kepercayaan, memelihara harga diri dan membantu anak untuk memahami apa artinya bergabung dengan sebuah keluarga melalui adopsi.

Selain itu, semakin lama kita menunggu waktu yang tepat untuk berbicara dengan anak adopsi tentang satusnya justru akan semakin sulit akan bisa dilakukan. Pembicaraan awal tentang adopsi sebenarnya akan memberi kesempatan kita untuk berlatih dan menunjukkan kepada anak angkat bahwa perihal adopsi bisa dibicarakan dan bukan sesuatu yang rahasia.

Jika kita khawatir bahwa anak adopsi justru akan bingung jika bicara terlalu dini tentang apa itu adopsi, itu bisa dilakukan setelah menunggu sampai setidaknya usianya mencapai 3 tahun, atau pada setiap kesempatan kita anggap bahwa ia telah dapat memahami tentang adopsi. Dan waktu yang terbaik sebenarnya adalah tergantung kesiapan psikologis antara anak dan kita.

Namun mulailah menggunakan kata-kata “adopsi,” “diadopsi,” dan “orang tua biologis” atau “keluarga angkat” ketika anak angkat masih kecil. Jelaskan kepada anak angkat bahwa kata-kata “ibu” dan “ayah” dapat memiliki lebih dari satu makna. Misalnya, seorang ibu adalah seseorang yang melahirkan anak dan juga bisa seseorang yang mencintai dan memelihara anak ketika ia tumbuh dan berkembang.
Berbagi ceritalah dengan anak adopsi tentang kelahirannya. Ceritakan tentang kelahirannya yang bukan berasal dari rahim kita. Namun katakan bagaimana ia datang dan bagaimana suasana sukacita yang kita rasakan saat membawanya pada hari pertama ke dalam keluarga kita. Katakan padanya bahwa ada banyak cara seorang anak dapat bergabung dengan sebuah keluarga, apakah dengan kelahiran, dengan proses adopsi, keluarga tiri ataupun anak asuh.

Jika kita menyimpan lembar memo atau administrasi selama proses adopsi berbagilah dengan Dia. Jika memungkinkan, tunjukkan padanya foto-foto orang dan tempat yang terlibat pada awal kehidupan nya. Pertimbangkan menempatkan gambar dalam kamar anak sesuatu yang berhubungan dengan adopsinya untuk mendorong dia bertanya tentang adopsi. Misalnya, jika kita memiliki adopsi formil, bingkai gambar-nya atau orang tua kandungnya. Jika adopsi internasional, gantung gambar negara asal nya. Atau pertimbangkan kompilasi foto-foto dalam sebuah album. Rincian ini akan membantu anak untuk memahami apa arti adopsi.

Akui secara terbuka mengenai perbedaan ras, etnis atau budaya apapun antara kita dengan anak angkat. Bila mungkin, berikan anak adopsi kesempatan untuk mengetahui lebih banyak tentang warisan etnis nya. Melalui pembicaraan dan memberikan kesempatan berhubungan dengan orang dari ras yang sama atau kelompok etnis yang sama dapat membantu anak dalam hal meminimalisir perbedaan ras dan dapat memberikan contoh positif bagi Dia untuk saling menghormati dan memaknai perbedaan ras.
Ada kalanya akan timbul beberapa pertanyaan tajam dari seorang anak adopsi tentang dirinya. Untuk itu bersiaplah untuk pertanyaan seperti ini:

Apakah aku tumbuh dalam, perut Anda Mommy? Kita mungkin bisa menjawab bahwa Kau tumbuh di dalam rahim ibu kandungmu anakku sampai kamu lahir.

Mengapa orang tua kandung saya membiarkan saya pergi? Kita bisa menjawab bahwa ayah dan ibu ananda belum mampu menjadi orang tua dan ingin ananda untuk memiliki keluarga yang bisa mencintai dan merawat ananda.

Apakah saya memiliki saudara dan saudari? Jawabannya bisa beragam seperti sampai saat ini Ibu tidak tahu apakah ada saudara biologis ananda yang lain, jika memang tidak ada saudaranya yang lain. Atau “Ya, Anda memiliki seorang saudara biologis yang dua tahun lebih tua dari ananda, tapi untuk itu semua kita harus mengetahui keadaan sebenarnya ibu biologis dan saudara-saudaranya.  Jujurlah saat menjawab pertanyaan anak tentang adopsi dan keluarga biologisnya. Jika informasi seperti ini tidak kita berikan, persepsi anak seolah-olah kita sedang menyembunyikan sesuatu, dan ia mungkin akan mencoba untuk mengetahui informasi dirinya dari teman atau saudara yang bisa berbagi informasi.

Ingatlah bahwa rasa ingin tahu anak merupakan sesuatu yang sehat dan bersifat alami. Hindari bersikap defensif saat menjawab pertanyaan anak. Demikian juga jangan memaksakan sesuatu yang salah kepada anak  dengan tujuan agar ia meyakininya. Karena itu akan menjadi pemicu problem kelak di kemudian hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan anda....komentar dong.....

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Terbaru

Daftar Blog Saya