Anak Angkat yang Bikin Pusing Kepala
Bersama: Esther Gunawan, M.K.
Ibu Pengasuh…
Saya dan suami mengangkat anak laki-laki (adopsi) 12 tahun yang lalu. Anak itu kami asuh sejak dari bayi.
Yang
menjadi masalah, saya merasa anak itu tidak benar-benar mencintai kami
sebagai orang tuanya. Saya sering bertengkar karena dia sering melawan
dan tidak mau langsung menurut apa kata saya. Suami terlalu memanjakan.
Alasannya ‘kasihan’, tapi kan itu tidak mendidik ya, Bu. Apa karena
kasihan maka kita tidak boleh mendisiplinkan dia? Memang sih anak itu
jadi lebih dekat suami saya. Tapi di belakang papanya, dia juga tidak
menurut.
Apa benar anak yang diadopsi
itu tidak pernah bisa benar-benar sayang pada orang tua angkatnya, Bu?
Diam-diam saya kadang menangis, mengapa dia tidak bisa mencintai kami
sepenuhnya? Apa ada sikap kami yang salah? Rencananya kami akan
memberitahu dia tentang statusnya. Menurut kami, dia harus tahu supaya
di kemudian hari dia tidak menyalahkan kami karena merahasiakan sesuatu.
Tapi saya takut hal itu malah membuat dia semakin tidak mencintai kami.
Bagaimana sebaiknya, Bu?
Ratna
Jakarta
Ibu Ratna,
Dari
surat Ibu tampak sekali bahwa Ibu sangat mencintai anak angkat Ibu dan
berharap ia pun mencintai Ibu sebesar cinta Ibu padanya. Alangkah
bahagianya kita sebagai orang tua jika anak kita sungguh mencintai kita
dan dapat menunjukkan cintanya melalui sikapnya.
Tampaknya
yang membuat Ibu meragukan cintanya karena Ibu mendapati bahwa ia
sering melawan dan tidak mau menurut. Sepintas tampaknya bisa demikian.
Meskipun begitu, perilaku anak Ibu ini sebenarnya juga dijumpai oleh
para ibu lain pada anak mereka. Kadangkala orang tua kandung pun jadi
berpikir, apakah anak mereka mencintai mereka? Perasaan ragu Ibu
diperkuat dengan kenyataan bahwa anak tsb adalah anak angkat. Pada
umumnya, anak bersikap melawan atau tidak menurut jarang sekali berarti
ia tidak mencintai orangtuanya. Meskipun dalam kemarahan ia mungkin
berkata ’benci pada mama-papa’ tetapi dalam hati kecilnya sebenarnya
anak mencintai orangtuanya.
Anak adopsi pun
bisa benar-benar mencintai orang tua angkatnya, apalagi anak tsb diasuh
sejak bayi. Karena terjadinya emotional attachment (kedekatan secara
emosi) antara orang tua dan anak terbentuk ketika anak masih bayi,
mula-mula dengan ibunya (karena biasanya ibu yang lebih intens
merawatnya) dan kemudian dengan ayahnya. Jika emotional attachment ini
sudah terbentuk, perasaan anak angkat pun tidak ada bedanya dengan anak
kandung. Bahkan anak angkat yang diambil ketika usianya sudah agak besar
pun sebenarnya juga bisa benar-benar mencintai orang tua angkatnya.
Karena anak dapat melihat dan merasakan bahwa orang tua angkatnya
mencintai dia.
Sejalan dengan
bertambahnya usia, anak yang puber/ remaja seringkali menunjukkan sikap
memberontak/ melawan. Gejala ini ditemukan pada anak remaja, entah itu
anak angkat atau kandung. Saat ini anak Ibu berusia 12 tahun, itu usia
pubertas. Jika ia lebih sering melawan pada Ibu daripada suami,
tampaknya lebih dipicu oleh ketidakkonsistenan sikap Ibu dan suami dalam
mendidiknya. Ibu cenderung disiplin atau keras, sedangkan suami
cenderung memanjakan atau lemah. Anak yang dididik dengan kurang
konsisten biasanya akan ’menempel’ pada orang tua yang lemah atau dapat
memanipulasinya supaya keinginan dia tercapai dan ’memusuhi’ orang tua
yang keras. Akhirnya anak itu sendiri yang akan rugi karena dia menjadi
kurang bertanggung jawab dan tidak mandiri, suka melanggar aturan dan
lebih suka menuruti kemauannya sendiri.
Dalam hal
ini Ibu dan suami perlu mempunyai satu suara dulu bagaimana akan
bersikap pada anak. Setelah itu, lakukan dengan konsisten. Kalau
aturannya sudah A, ya jalani A. Jadi konsistensi menjadi hal utama.
Sebelum aturan dijalani, jelaskan dulu secara rasional pada anak. Jangan
lupa berikan pujian dan penghargaan jika ia taat, selain pemberian
sanksi jika ia melanggar. Yang paling penting adalah doa orang tua. Ibu
sudah mendidik dia untuk mengenal Tuhan . Saya percaya Roh Kudus
akan bekerja di hatinya, mengingatkan dia akan firman Tuhan. Ingatkan
anak untuk menghormati orang tua dengan menaatinya (Ef. 6: 1-3), tetapi
bukan dengan sikap otoriter atau memaksa. Lebih baik pengajaran
diberikan ketika suasana rileks dan bukan saat ada konflik.
Ibu
bermaksud memberi tahu mengenai statusnya. Hal itu memang lebih baik
dilakukan sejak anak masih kecil, tidak perlu menunggu sampai remaja.
Namun sebelumnya orang tua perlu mempersiapkan hati anak dulu, sehingga
anak tidak merasa ada penolakan. Bagaimana persiapannya?
Misalnya,
pertama, jauh-jauh hari anak diceritakan bahwa bukanlah hal yang aneh
jika ada anak yang tidak tinggal dan diasuh orang tua kandungnya karena
berbagai alasan. Mungkin orang tuanya meninggal atau tidak mampu
merawatnya, atau karena sebab lain jadi terpisah. Yang jelas tekankan
bahwa bukan karena orang tua kandungnya tidak mencintai dia dan bukan
karena salah dia. Meskipun diasuh oleh orang tua angkat, namun anak tsb
tetap dicintai sepenuhnya seperti anak sendiri. Anak yang diasuh orang
tua angkat lebih beruntung, karena ada sebagian anak yang tidak
seberuntung itu, misalnya terpaksa tinggal di panti asuhan, di mana
mereka harus ‘berbagi orang tua’ beramai-ramai (karena biasanya pengasuh
di panti tidak banyak).
Kedua, jelaskan juga
bahwa yang namanya ’orang tua’ bukan hanya orang tua yang melahirkan,
tetapi juga orang tua yang mengasuhnya. Setelah itu, ketika tiba saatnya
memberitahu statusnya, tekankan bahwa dia adalah anugerah terindah dari
Tuhan bagi Ibu dan suami, dan bahwa ia akan selalu dicintai. Ibu
dan suami ingin dia bertumbuh menjadi anak Tuhan yang dewasa. Selain
itu, katakan juga bahwa Ibu bisa saja merahasiakan statusnya, karena
takut ia tidak mencintai Ibu, tetapi Ibu berani mengambil risiko tsb
karena ia berhak tahu tentang hidupnya.
Anak yang
di usia puber biasanya cenderung agak labil. Mereka sedang mencari
identitas dan pegangan hidup. Jadi dengan adanya persiapan-persiapan
sebelumnya diharapkan berita itu tidak membuat anak seperti ’layangan
putus’. Yakinkan anak bahwa ia bisa mempercayai Ibu dan suami, bahwa
Ibu-suami dan dia adalah satu keluarga.
Ibu
Ratna, kiranya cinta kasih Tuhan yang agung dan berkuasa akan
selalu menjaga dan memelihara cinta kasih di dalam keluarga Ibu.q
http://www.reformata.com/index.php?m=news&a=view&id=794&print=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan anda....komentar dong.....